Sampai Usia Berapa Bayi Perlu Disendawakan?

foto/istimewa

sekilas.co – Bayi biasanya disendawakan setelah menyusu untuk mencegah gumoh, karena mereka masih sering menelan udara saat minum ASI maupun susu formula. Lalu, sampai usia berapa sebenarnya bayi bisa berhenti disendawakan?

Pada dasarnya, proses menyendawakan sangat penting terutama pada masa awal kelahiran. Udara yang masuk saat menyusu dapat menimbulkan rasa tidak nyaman, membuat bayi menjadi lebih rewel, atau bahkan menyebabkan muntah.

Baca juga:

Meski demikian, banyak orang tua yang kemudian bertanya-tanya kapan bayi mulai tidak lagi membutuhkan proses menyendawakan.

Mengapa bayi perlu disendawakan?
Menurut penjelasan Dokter Spesialis Anak asal Inggris, Betty Choi, yang dikutip dari Today’s Parent, menyendawakan bayi merupakan langkah penting yang perlu dilakukan orang tua.

“Saat bayi minum, baik ASI maupun susu formula, udara yang ikut tertelan dapat membuat perut mereka dipenuhi gas dan terasa tidak nyaman. Karena ukuran perut bayi sangat kecil, terlalu banyak udara bisa membuat mereka rewel hingga muntah,” jelas Choi.

Dokter pun menyarankan bayi untuk disendawakan agar mereka tetap merasa nyaman. Biasanya hal ini dilakukan dengan menepuk punggung bayi setelah menyusu.

Ketika proses menyendawakan dilakukan, waktu menyusu mungkin menjadi sedikit lebih panjang. Namun, sendawa membantu melepaskan udara yang tertelan sehingga bayi merasa lebih nyaman.

Kapan bayi bisa berhenti disendawakan?
Setiap bayi memiliki kondisi dan kebutuhan yang berbeda, termasuk dalam hal menyendawakan. Karena itu, tidak ada patokan usia yang pasti kapan bayi berhenti perlu disendawakan.

Pada banyak bayi, mereka biasanya tidak terlalu membutuhkan sendawa lagi ketika memasuki usia 4–6 bulan. Ini karena di usia sekitar 6 bulan, bayi umumnya menelan lebih sedikit udara.

Apakah aman menidurkan bayi tanpa disendawakan?
Sebenarnya, menyendawakan bukan aturan yang wajib, melainkan kebiasaan yang dilakukan agar bayi lebih nyaman selama atau setelah menyusu.

Memperhatikan kondisi bayi menjadi sangat penting. Jika bayi tidak tampak rewel atau tidak menunjukkan tanda-tanda tidak nyaman, maka proses menyendawakan tidak selalu diperlukan.

Sebuah penelitian dalam jurnal Child: Care, Health, and Development menyebutkan bahwa menyendawakan bayi tidak terbukti dapat mengurangi kejadian kolik. Kolik sendiri adalah kondisi ketika bayi menangis intens dalam durasi yang panjang.

Meski bukan kewajiban, menyendawakan tetap boleh dilakukan untuk kenyamanan bayi.

“Untuk bayi yang menyusu ASI, coba sendawakan terlebih dahulu sebelum berpindah ke payudara berikutnya. Sementara bayi yang minum susu formula, usahakan disendawakan setiap 60 hingga 90 mililiter,” terang Choi.

Jika bayi tampak rewel saat menyusu, Bunda dapat berhenti sejenak untuk menyendawakan terlebih dahulu, baru melanjutkan kembali.

Ingat bahwa setiap bayi berbeda. Ada yang perlu disendawakan lebih sering, ada pula yang tidak terlalu membutuhkannya.

Jika bayi tertidur lebih dulu sebelum sempat sendawa, hal ini sebenarnya tidak menjadi masalah. Tidak perlu membangunkan bayi yang sudah terlelap hanya untuk disendawakan, karena bisa membuatnya semakin rewel.

Pastikan bayi mendapat kesempatan untuk sendawa dan kembali tenang setelah beberapa menit menyusu. Hindari terburu-buru memberikan ASI atau susu formula lagi.

Berapa lama setelah menyusu bayi boleh dibaringkan?

Sekali lagi, perlu diingat bahwa setiap bayi memiliki kondisi pencernaan yang berbeda. Ada bayi yang lebih mudah menelan banyak udara atau cenderung cepat muntah.

Dalam situasi seperti itu, Bunda bisa menegakkan bayi selama 10–15 menit agar lebih mudah mengeluarkan sendawa. Namun jika bayi tidak muntah atau tidak menunjukkan tanda-tanda kolik, Bunda boleh membaringkannya tak lama setelah selesai menyusu.

Secara umum, hingga usia sekitar 8 minggu, bayi baru lahir membutuhkan proses sendawa yang lebih sering karena mereka masih belajar menyusu tanpa menelan banyak udara.

Menidurkan bayi baru lahir tepat setelah menyusu berisiko menyebabkan penumpukan gas serta ketidaknyamanan pada perut.

Bunda dapat membantu proses sendawa bayi baru lahir dengan cara:

  • Menggendong bayi di bahu sambil menepuk punggungnya

  • Mendudukkan bayi di pangkuan, memiringkan tubuhnya sedikit ke depan, lalu menepuk punggungnya

  • Meletakkan bayi tengkurap di pangkuan dan menepuk punggungnya perlahan

Menurut Kemenkes RI, saat menyusui bayi baik secara langsung maupun melalui botol, usahakan posisi kepala bayi lebih tinggi dibandingkan perutnya.

Dengan posisi tersebut, susu dapat turun ke dasar perut sementara udara naik ke bagian atas, sehingga bayi lebih mudah bersendawa. Bila dibutuhkan, gunakan bantal menyusui untuk menopang kepala bayi.

Demikian penjelasan mengenai sendawa pada bayi serta kapan mereka dapat berhenti disendawakan. Jika bayi masih tampak tidak nyaman setelah menyusu meski sudah disendawakan, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter.

Hal yang sama berlaku bila perut bayi berbunyi dan disertai keluhan lain seperti diare, sembelit, rewel berkepanjangan, atau nyeri perut sebaiknya segera periksa ke dokter.

Artikel Terkait