Panduan Pemeriksaan Bayi Baru Lahir untuk Orang Tua Pemula

foto/istimewa

sekilas.co – Menjadi orang tua untuk pertama kalinya tentu membawa kebahagiaan sekaligus tantangan, Bunda. Salah satunya adalah memastikan Si Kecil berada dalam kondisi sehat sejak hari pertama ia lahir. Bunda pasti ingin mengetahui apa saja langkah pemeriksaan yang perlu dilakukan pada bayi baru lahir. Pemeriksaan ini penting untuk mendeteksi lebih awal potensi masalah kesehatan yang mungkin muncul.

Bukan hanya orang dewasa, bayi yang baru lahir pun membutuhkan pemeriksaan kesehatan, Bunda. Karena itu, penting untuk mengetahui apa saja jenis pemeriksaan yang perlu dilakukan.

Baca juga:

Catatan kesehatan anak

Sebelum memulai pemeriksaan, biasanya Bunda akan menerima catatan kesehatan bayi yang dikenal sebagai buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dari Kementerian Kesehatan RI, dengan sampul berwarna merah muda. Buku KIA ini berisi informasi penting sejak masa kehamilan, proses persalinan, hingga tumbuh kembang anak sampai usia 6 tahun.

Di dalamnya terdapat catatan imunisasi, pengukuran berat dan tinggi badan, serta berbagai data kesehatan lain untuk memantau perkembangan Si Kecil. Bunda sangat dianjurkan membawa buku ini setiap kali berkunjung ke puskesmas atau dokter karena dokter akan mencatat perkembangan bayi, termasuk hasil pemeriksaan dan imunisasi.

Panduan pemeriksaan bayi baru lahir untuk orang tua baru

Setelah memahami fungsi buku KIA sebagai catatan kesehatan Si Kecil, Bunda dapat membawa bayi ke fasilitas kesehatan untuk pemeriksaan awal. Berikut rangkaian pemeriksaan yang umumnya dilakukan pada bayi baru lahir, mengutip Tommy’s The Pregnancy and Baby Charity:

1. Mata

Petugas medis akan memeriksa bentuk dan pergerakan mata bayi untuk memastikan tidak ada katarak atau kekeruhan pada lensa mata.

2. Jantung

Dokter akan mengevaluasi kondisi jantung bayi dengan meraba denyut serta mendengarkan detak jantung menggunakan stetoskop.

3. Panggul

Sebagian bayi lahir dengan sendi pinggul yang belum matang atau disebut Displasia Perkembangan Pinggul (DDH), yang bisa mengganggu kemampuan berjalan jika tidak ditangani. Namun hanya 1–2 dari 1.000 bayi yang memerlukan operasi untuk kondisi ini.

4. Testis

Pada bayi laki-laki, dokter memeriksa apakah testis sudah turun ke skrotum. Sekitar 1 dari 25 bayi laki-laki mengalami testis yang belum turun sepenuhnya, tetapi sebagian besar akan turun dengan sendirinya sebelum usia 6 bulan.

5. Tes skrining pendengaran

Tes pendengaran biasanya dilakukan pada hari-hari pertama setelah kelahiran untuk mendeteksi gangguan pendengaran sedini mungkin. Jika persalinan dilakukan di rumah sakit, tes ini sering ditawarkan sebelum pulang. Bila belum, bisa dijadwalkan sampai bayi berusia 3 bulan.

6. Tes bercak darah

Tes ini dilakukan dengan mengambil sampel darah dari tumit bayi untuk mendeteksi sembilan kondisi kesehatan, termasuk kelainan genetik seperti penyakit sel sabit. Pemeriksaan dilakukan saat bayi berusia 5–8 hari. Jika sampel tidak cukup, dokter mungkin meminta pengambilan ulang. Hasilnya biasanya keluar saat bayi berusia 6–8 minggu.

7. Pemeriksaan pada bayi prematur

Bayi yang lahir sebelum 37 minggu memerlukan pemeriksaan tambahan. Bila lahir sebelum 32 minggu, mereka juga akan menjalani Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK) untuk mendeteksi gangguan pembentukan hormon tiroid.

8. Pemindaian untuk Displasia Perkembangan Pinggul (DDH)

Jika terlihat ketidakstabilan pada pinggul bayi, dokter biasanya merekomendasikan pemeriksaan USG pada usia 4–6 minggu untuk memastikan kondisi DDH.

9. Pemantauan berat badan bayi

Pemantauan berat badan juga sangat penting. Penurunan berat badan pada hari-hari awal setelah lahir merupakan hal yang normal. Sampai usia dua minggu, bayi akan ditimbang secara rutin hingga beratnya kembali seperti saat lahir atau lebih. Setelah itu, penimbangan dilakukan sebulan sekali hingga usia 6 bulan, setiap dua bulan hingga 12 bulan, lalu setiap tiga bulan setelahnya.

Itulah penjelasan mengenai panduan pemeriksaan bayi baru lahir untuk orang tua baru. Semoga informasi ini bermanfaat, ya, Bunda.

Artikel Terkait