sekilas.co – Kasus stroke pada anak ditemukan di Indonesia, Bunda. Salah satunya ditangani di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RS PON) Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono.
Hingga Minggu (30/11/25), RS PON telah melakukan 100 operasi bypass, termasuk pada pasien anak usia 3 tahun yang mengalami stroke akibat kelainan moyamoya.
“Kita pernah menangani anak usia 3 tahun yang datang sudah dengan serangan stroke berulang, sehingga dilakukan pemeriksaan pembuluh darahnya, dan ternyata moyamoya,” kata Direktur Utama RS PON, dr. Adin Nulkhasanah SpS, MARS.
Operasi bypass pada stroke adalah tindakan bedah saraf untuk membuat jalan pintas bagi aliran darah ke otak ketika pembuluh darah utama tersumbat atau rusak. Prosedur ini mengalihkan aliran darah melewati bagian yang bermasalah, sehingga suplai darah ke otak tetap terjaga dan risiko stroke permanen berkurang, terutama pada kelainan moyamoya atau penyempitan arteri karotis parah.
Pasien anak 3 tahun yang mengalami stroke dilaporkan terjatuh saat bermain sebelum muncul gejala. Hal ini dijelaskan oleh dokter spesialis bedah saraf, dr. Muhammad Kusdiansah, SpBS.
“Jadi lagi jalan, main, tiba-tiba jatuh,” kata Kus.
Menurut Kus, keluhan seperti ini umum terjadi pada anak dengan stroke. Misalnya, balita berusia 4 tahun tiba-tiba tidak bisa berbicara setelah menangis.
“Nah, orang tua perlu tahu ya, karena saat menangis aliran darah ke otaknya terganggu, setelah itu dia jadi tidak bisa ngomong,” ungkapnya.
Kus mengimbau orang tua untuk tidak mengabaikan gejala seperti sering terjatuh, gangguan keseimbangan, terlihat lemas dibanding anak seusianya, atau wajah tampak tidak simetris.
“Kalau yang sudah bisa bicara, tiba-tiba sulit berbicara atau mengalami hambatan, hal-hal itu menjadi tanda awal dan harus segera diperiksa. Stroke pada anak jarang terjadi, tapi jika tanda itu ditemukan, bisa jadi itu kelainan moyamoya,” ujarnya.
Lantas, bagaimana perkembangan kasus stroke karena kelainan moyamoya di RS PON?





